Sunday, October 31, 2004

SpOrt jantung

Udah lama gue nggak naek KA Jabotabek. Hari ini berhubung gue ada urusan ke Bogor dan nggak ada kendaraan, akhirnya gue pergi juga pake KA Jabotabek dari stasion Kalibata. Pengennya sih naek KA Pakuan, tapi berhubung stasion Kota jauh banget, gue lebih memilih buat naek KA Jabotabek biasa dari Kalibata. Gue pergi hanya berdua Nina.
Selesai membeli tiket gue lihat sudah ada KA yang datang. Sepertinya penuh sesak banget! *mana ada sih KA Jabotabek yg kosong melompong?* Jadi gue pikir lebih baik gue menunggu KA setelahnya saja. Namun saat melangkah pelan2 sepanjang peron (di sisi KA yg sdg berhenti), baru terlihat kalo tiap2 gerbong umumya tidak penuh, tapi hanya terlihat penuh karena banyak cowok2 senang berdiri disekitar pintu. Sepertinya nggak apa2 kalo kita ikut KA yang ini. Berdiripun gak masalah, toh masih banyak tempat lega. KA terlihat bergerak sedikit, jadi gue sorong tangan Nina agar dia cepat melangkah masuk kedalam KA, pas disaat yang sama KA terlihat mulai bergerak sedikit makin cepat. Gue khawatir gue sendiri yang gak sempat melangkah kedalam KA, jadi gue menarik Nina keluar, tapi orang2 dipintu kereta menahannya [maksudnya agar ia tidak terjatuh] sementara kereta mulai melaju makin kencang. Gue panik tanpa melepas tangan Nina sedikitpun. Nina sudah ber teriak2 dan saat itu gue pun sudah sedikit berlari. Dikepala gue terbayang resiko Nina terbawa dalam KA sendirian sementara gue tertinggal di stasion hingga tanpa pikir panjang gue loncat kedalam KA ditarik beberapa orang cowok2 sampai gue menubruk seorang diantaranya. Telat 3 detik loncat, ataupun jika gue tidak ditarik orang2 yang ada dipintu, gue pasti sudah terseret KA. I'd be very very death! OMG. Muka gue langsung berubah sepucat hantu! Jantung gue serasa lepas sesaat dan kemudian ber debar2 kenceeeeng banget! *Bungy Jumping juga gak gini2 amat rasanya. Sumpe!* Gue peluk si Nina dengan badan gemetaran. Untung dia nggak nangis, tapi gue tahu dia juga pucat dan gemetar.
Belum juga deg2an gue hilang, gue denger ada beberapa orang yang menggerutu dan ngomel2 kearah gue, "Gimana sih bu? Jangan ragu2 begitu dong kalo kereta udah mulai bergerak! Cepet loncat atau gak usah naek sama sekali!" Ujar seorang ibu2 dengan ketusnya. Gue diam saja. Masih pucat, deg2an, dan gemetaran. Ih, itu orang bukannya kasian sama gue malah ngomelin gue segala. Dia pikir gue maok coba2 bunuh diri, apa? Maok coba2 dengan sengaja membahayakan jiwa gue sama si Nina, apa? Beuh!
Waaa.... that was soooo close!

Saturday, October 23, 2004

OH MYGOD

'Besok pagi saya pergi sama mama'
'Kemana?'
'Menengok keponakan saya dipenjara'
'Dipenjara? Siapa? Wolfgang?'
'Bukan. Adiknya yang lelaki'

Gue melongo. Gue ingat Wolfgang punya 2 orang adik.
'Berapa umurnya sekarang?'
'Hhm, sekitar tiga atau empat belas tahun'

Gue semakin melongo.
'Oke' Kata gue tanpa merasa perlu bertanya-tanya lebih jauh ke Raymond saat itu juga. Apa- kenapa- dan bagaimana. Mungkin nanti jika saatnya tepat- saat lagi santai. Dan gue bener2 terkesima. Ini betul2 berita baru yang menarik buat gue. Semua cerita yang menyangkut Dafne selalu menarik perhatian gue. Dan sepertinya sekarang anaknya mewarisi kelakuan ibunya.

Dafne adalah adik perempuan Raymond yang paling bungsu, yang paling pendek, dan yang paling berbeda kelakuannya diantara ke-3 orang kakaknya. Usianya satu tahun diatas gue. Segala cerita mengenai jalan hidupnya benar2 membuat gue terkagum- kagum. Kagum bukan lantaran dia sukses menjalani hidupnya, namun kagum justru lantaran dia begitu berani mengabaikan, men-siasiakan, dan membuang setiap waktu dalam hidupnya tanpa tujuan bermanfaat- sejak ia masih terbilang anak kecil hingga detik ini. She's out of control. Hidup diluar norma dan gaya hidup orang2 yang gue kenal pada umumnya.

Diusia 12 tahun dia mulai mengenal drugs, berhenti sekolah, dan kabur dari rumah dengan pacarnya *Plis deh, diumur segitu gue cuma tauknya belajar dan maen- 18 thn baru mulai pacar2an*. Setahun kemudian diusianya yang ke 13 dia melahirkan seorang anak, si Wolfgang ini [sekarang sekitar 18-19 thn], yang kemudian diasuh oleh kakek neneknya. Beberapa tahun kemudian dia melahirkan lagi, kali ini dari pacarnya yang berbeda, dan kembali melahirkan lagi, juga tanpa pernah menikah. Dua anaknya yang terakhir ini diadopsi oleh orang lain, karena si ibu yang junkies tidak diijinkan pemerintah buat merawat sendiri anaknya. Kemudian dia dia pindah ke Inggris. Raymond bilang sih, disana dia nggak ngapa2in. Berhubung pacarnya yg sama2 junkies itu cowok Inggris, jadi dia ikut saja pindah kesana. Walau akhirnya mereka putus, Dafne tetap tinggal di Inggris. Tetep nge-junkies dan tetep nganggur. Gak tauk deh gimana cara mereka ini pada survive. Dua tahun terakhir ini Dafne sudah pulang kampung lagi. Tetep nge-junkies dan tetep nganggur. Tapi kabarnya sekarang dia berubah jadi lesbian. Weh! *Kok bisa?*
'Si Dafne ikut nengokin juga?'
Raymond diam sejenak, 'Dia kan juga lagi dipenjara'
O-oow... Sedang dipenjara juga? Gue bener2 tambah melongo. Terkesan dengan kenyataan adanya orang yang menjalani hidupnya dengan asal dan begitu sembarangan. Gak karuan2. Nggak jelas. Tanpa tanggungjawab dan tanpa rasa beban. Nggak ada tobat2nya. Hebat euy. Seperti cerita di filem.

But I like her anyway. She's different!

Thursday, October 21, 2004

Ramadhan & berpuasa

Bulan ramadhan memang merupakan bulan yang paling berbeda dibandingkan bulan2 lainnya. Bener lho! Biarpun gak pernah gue tunggu2, tapi gue selalu saja merasakan kesenangan yang berbeda setiap kali ramadhan datang. Puasa- ataupun tidak puasa. Lebih2 waktu gue masih anak ingusan. Ikutan shalat taraweh [walau sebenernya cenderung ngincer buat maen2nya doang sama teman2 yang laen] dan setelahnya disambung main petasan *Biar perempuan dulu gue hobi maen petasan*. Aura suasana yang tercipta setiap kali ramadhan memang terasa jelas berbeda dengan suasana hari2 biasanya. Terutama menjelang saat berbuka puasa.

Dulu2 tea, jaman2 baru mulai kerja, gue beranggapan datangnya bulan puasa bisa membuat pengeluaran gue sedikit lebih irit. Logikanya, karena dengan berpuasa kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang atau beli2 cemilan gak penting lainnya. Kenyataannya, gue salah besar! Justru dibulan puasa pengeluaran gue jadi semakin besar. Selain buat beramal, saat buka puasa pengennya makan segala macem. Belum lagi seringnya malah buka puasa bersama keluarga dan teman2 diluar [resto]. Payah! Dan ini pun belum terhitung pengeluaran buat beli2 keperluan lainnya untuk menyambut Lebaran. Hehehhee... Sekarang baru terpikir kalo bulan ramadhan itu memang bulan yang nikmat, tapi sekaligus bulan paling bangkrut dalam satu tahun *sigh* Tapi tentunya Allah tidak akan pernah lupa buat selalu kasih kita rejeki. Iya kan?

Wednesday, October 13, 2004

who's online here daily


Do you see your nickname here?
I have to admit that I can not spend a day without Yahoo! Messenger. I don't chat often, but I prefer to keep the messenger ON during my daytime online at my work. Biasalah, karena umumnya cuma buat celetuk2an aja sama anak2, atau kalo lagi perlu nanya2 sesuatu. Jadi jarang banget terjadi chat yang serious. Kayaknya gue seneng aja buat sekedar tauk siapa2 aja yg lagi pada online.

Sunday, October 10, 2004

Undangan ceramah

Pagi2 Siska udah telpon, "Gimana An? Udah ditelpon belom?". Ini mengenai perubahan pesanan kue dalam box yang semula 100 menjadi 75. "Udah bu, tenang aja. Sampe ketemu nanti ya?" Jawab gue. Sebenernya gue mo bilang kalo 75 box pun masih kebanyakan. Gue gak yakin ada lebih dari 25 orang yang akan datang nanti ke acara Silaturahmi bersama menjelang Ramadhan [Alumni 70]. Tapi gue merasa nggak harus berkomentar mengenai pesanan kue yang memang bukan urusan gue sebenarnya. Gue cuma ngebantu meralat jumlah pesanan.

Jam 3 kurang 15 mnt Gungun dateng. Hueh! Padahal gue udah pesenin buat jemput jam setengah 4-an aja. Kan gue masih ngantuk loh! Masih pengen tidur. Lagipula kerajinan betul sih dateng panas2 begini. Harusnya gue komplen sama [yg punya acara] yang bisa2nya punya ide buat minta kita2 ngumpul sebelum azar dirumah Harry- tempat acara diadakan. So, yang dijemput Gungun tikarnya duluan. Hehehee. Gue mestinya masih pengen nerusin tidur, cuma karena udah kadung bangun malah jadi gak bisa tidur lagi. Yah, akhirnya mandi juga. Nina ribut pengen ikut. Oke. Why not? Jam setengah 4 Gue dan Nina berangkat dibonceng Gungun yang datang lagi buat jemput si pemalas ini ke rumah Harry. Mestinya rumah gue sama rumah Harry berdekatan kok- hanya berseling satu jalan. Tapi kalo cuacanya panas begini dan ada orang yang bersedia menjemput- kenapa mesti ditolak?

Gue persingkat aja, firasat gue benar. Dari jam setengah 4 gue disana sampai dengan jam 5 kurang 15 menitan saat uztad-nya datang, baru sekitar 9 orang yang datang. Gue, Gungun, Harry dan istri, Mandra, Madjid, Bambang, Ajis, Ican, Sentot, [satu lagi sapa ya?]. Dan Siska datang tepat jam 5 dengan 75 box kue pesanan- acara langsung dimulai. Sewot juga sih, masak yang punya acara bisa2nya dateng telat banget! Bayangin, selama menunggu anak2 datang- karena terlalu bosan menunggu didalam, kita malah nongkrong di warung rokok didepan rumah itu. Gue malah sempet makan bakso abang2 yang lewat, minum teh botol, sampe minum Okky jelly Drink segala.
Maka dari itu ceramah yang diberikan juga singkat karena terpotong mahgrib [saat itu gue baru sadar kalo Nina tertidur kecapean dipangkuan gue], sedangkan si Uztad sendiri harus pergi segera setelah shalat mahgrib berjamaah selesai.

Lucu kan? Ceramah hanya dihadiri 11 orang jamaah sedangkan jatah kue-nya ada 75 box- itupun sudah dikurangi dari 100 box. Yo wes, kita makan sebanyak yang kita mauk, gue bahkan bawa pulang 4 box, tapi box yang tersisa masih banyak juga. Akhirnya Siska berencana nge-drop kelebihan box itu ke Panti Asuhan.

Sepertinya mengundang orang ber-senang2 lebih mudah ketimbang mengundang orang mendengarkan ceramah ya?

Btw, buat teman2 yang kebetulan kesasar kemari- bagi yang muslim, gue mo sekalian ngucapin SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA ya?

Friday, October 08, 2004

Ngikut Teman

Mestinya gue nggak maok ngikut pergi, soalnya bukan acara gue pribadi. Lagi pula saat itu cash gue di dompet bener2 lagi gak ada. Tapi karena temen gue berhasil meyakinkan gue hal2 yang berhubungan dengan kesejahteraan perut gue, maka ikutlah gue ke gatheringan Friendster Network-nya. So, jam 7 dia jemput gue di kantor- lalu kita langsung ke Kampung Tenda Semanggi. Menurut temen gue [yang lain], tiap Jum'at orang Friendster sudah biasa kongkow disitu. Wah, gue ndak tauk tuh. Gue sendiri soalnya jarang banget ikutan gatheringan milis2 gue sendiri.
Heuuh, akhirnya bener kan? Gak satupun dari yang mereka yang gue kenal. But I didn't worry as long I had my food and my drink on the table. Biarpun gue agak2 gak ngerti harus ngobrolin apaan dengan mereka2 ini selain ngobrolin hal2 standard- selagi ada makanan, dijamin gue pasti anteng deh! *I'll do whatever you say, babe!*

Tiba2 ada yang melambai-lambaikan tangan sambil ber-teriak2 memanggil nama gue. Nama Anna memang pasaran- tapi gue yakin orang itu manggil gue karena matanya menatap gue sambil melambaikan tangan dengan hot-nya. Dengan penerangan minim, gue gak gitu jelas melihat orangnya, dan rasanya gak sopan kalo gue teriak, "Heeii! Sapa loe!" kearahnya. Makanya gue lebih baik bangun dan mendatangi orang itu ditempatnya.
Heh, gak tauknya si N sama si G. Gue liat meja mereka juga disusun panjang. Tadinya gue pikir acara kantor mereka, rupanya mereka juga lagi ngadain gathering kecil2an anak2 satu kelas dikampusnya dulu. Giliran gue yang ditanya, gue agak2 tengsin mo bilang gue kalo sedang dalam acara Friendster. Not my network pula! But I couldn't lie- and it didn't feel right if I lied. Jadi gue jawab aja lagi ada acara gatheringan Friendster-nya temen.
Tuh bener juga, mereka cengar cengir, "Emang loe ikutan Friendster juga, An? Friendster bukannya ABG melulu?" Tanya si N. Tuh, apa gue bilang? Pasti pada ngeledek deh. Kayak gue dulu2 tea, beranggapan Friendster cuma milik ABG doang. So I said, "Yah loe liat aja sendiri orang2nya, ada ABGnya nggak?" Gue jawab gitu aja. Kenyataannya memang gak ada ABGnya kok.
Well, sebenernya sebagai 'illegal alien' disitu- gue udah enjoy, dan gue jadi makin enjoy aja setelah ketemu N sama G yang bukan Friendster. Kita malah jadi asyik gathering be-3 doang. Kalo udah begini yang jadi lupa sama yang dirumah.

Anyway, for me, age does not matter within relationship. Iya gak sih?
*For me, looh..*

Monday, October 04, 2004

My Little Rebel

Susahnya jadi orangtua baru gue rasakan sekarang2 ini. Apalagi karena anak gue yang modelnya aktif, agresif, dan keras kepala. *Ampun ya, mam... tobat euy!* Gue tengah mengalaminya sendiri, entah gue kena karma apa gimana ya? I can't tell. Gue sendiri merasa kalo sejak kecil gue memang badung, tapi gue ingat, bagaimanapun gue masih bisa diatur orangtua. Tapi si Nina satu ini,... hhuuaaa... maok nangis banget deh kalo ngebayangin tingkahnya. Baru juga masuk SD bulan Juli lalu tapi list tingkah lakunya di sekolah sudah puanjang banget! Sudah beberapa kali wali kelasnya "curhat" sama gue. Semuanya melulu mengenai polah tingkahnya dikelas. Memang sih, sekedar nakalnya anak2, but she's on top of her list! Malu2in nggak sih? Kalo Nina anak laki-laki mungkin masih agak 'mendingan' deh ya.

Deretan catatan tingkah lakunya dikelas spt :
1. Suka mengobrol dikelas. Menurut gurunya Nina sangat suka bicara *I know*. Ia lebih suka menghadap kebelakang atau kesamping ketimbang memandang gurunya atau ke papan tulis. Ia juga suka iseng menyelutuki guru atau temannya yang sedang bicara. 
2. Sering menjerit. Ini memang kebiasaannya dari dulu. Berteriak-teriak. Apalagi setiap kali ia sedang tertawa. Wali kelasnya mengeluh sama gue, walaupun dia nggak berpenyakit jantung- lengkingan teriakan Nina yang tiba2 bisa membuat jantungnya seolah berhenti sesaat lalu berdebar- debar kencang. *Ih, si ibu guru hiperbola banget ah. Masa sih gitu2 amat?*
3. Berkeliaran didalam kelas. Nggak peduli ada guru atau tidak, apapun pelajarannya, ia suka dengan santainya jalan berkeliaran menghampiri temannya. Terutama jika ia tidak sedang tertarik dengan pelajaran yang diberikan. 
4. Suka corat-coret di buku. Karena terlalu sukanya menggambar, Nina itu yang suka sadar nggak sadar menggambari halaman bukunya. Dibuku tulisnya disamping latihan2nya gue sering menemukan gambar Ibu peri, bunga2, bintang2, princess, dll. Kesel nggak? Memang dibuat dengan pinsil, tapi setelah gue hapus malah membuat halaman bukunya jadi tampak kotor. Kadang buku temannya satu meja pun ikut dia gambari [laporan gurunya]. Iseng banget deh! 
5. Tidak segera menoleh kalau dipanggil. Menurut gurunya, mereka harus memanggil Nina sedikitnya 3 kali untuk membuatnya menoleh. Itu bukan karena ia tidak mendengar, tapi karena Nina itu acuh [atau sengaja mengacuhkan] dan sibuk sendiri. 
6. Membuat ekspresi muka jelek dan aneh jika guru menegur. Ini yang paling bikin malu. Kalo ditegur oleh gurunya, ia pasang tampang jelek sebagai pengganti cibiran dan perlawanan. *Haduh! Gue kira dia begitu hanya kalo gue yang marahin!*   Plis deh! 

Kayaknya gue gak sanggup lagi terus menuliskan daftarnya. Gue jadi sering malu sama gurunya. Sebagai orangtua kita sudah dengan mulut ber-busa2 sampai jadi kering lagi karena terlalu rajinnya mengajarkan Nina bagaimana harus bersikap terutama di sekolah, terhadap guru dan terhadap temannya. Mana yang baik dan mana yang tidak baik buat dilakukan. Kita pun selalu berusaha kasih contoh yang baik, bukan sekedar ngebilangin doang.

Secara Akademis nilai pelajarannya tidak jelek- tapi juga tidak selalu tinggi. Nina bukan anak yang bodoh. Autistic juga enggak. Dibilang kurang perhatian juga enggak. Cuma saja dia punya segudang sikap jelek. Acuh, malas [terutama buat repot2 mikir], suka asal2an banget dan semaunya saja. Belum termotivasi dengan tujuan bersekolah. Gue jadi suka bingung maok bersikap bagaimana lagi buat menghadapi dia. Kalau kita bilangi baik2 nggak mempan- tapi dikasari malah dia ikutan kasar. Susah ya? Gue pengen dia seperti anak2 lain yang bersikap normal, sedikit nakal nggak apa2- tapi masih mau diatur, dan masih mau mendengarkan orangtuanya.

Hiyaaah... ini baru juga kelas 1 SD. Belum lagi nanti dia SMP, trus SMA... kuliah...
*Oohh... tidaaakk.. *