Friday, May 29, 2009

Rempong Day


Hari ini karena ada kepentingan meeting jam 9 pagi untuk mengurus berkas2 di Zwolle, maka berangkatlah kita (Gue, Rayhan, Nina, dan the baby Griffin) pagi2 ke Central Station. Jarak tempuh ke Zwolle memakan waktu sekitar 60 menitan by train. Yang selalu menarik buat gue, pemandangan sepanjang perjalanan dengan kereta api disini cukup banyak yang mengingatkan gue akan pemandangan  di pulau Jawa. Pedesaan dengan lahan2 padang rumput luas membentang (hanya saja disini bukan sawah2) dan sapi2 yang sedang merumput, serta jejeran pohon2 disepanjang jalan. Untuk ke Zwolle kita menggunakan 2 kereta. Di Station Amersfoort kita turun untuk ganti kereta ke Zwolle.

Jam 11 siang di Zwolle setelah selesai dengan meeting kita kembali lagi Station Zwolle untuk langsung pulang ke Amsterdam. Itu rencananya. Nggak disangka ternyata 10 menit sebelum jadwal kereta kita berangkat ada berita mengenai kecelakaan kereta api somewhere disekitar Zwolle. Akibatnya rangkaian elektris sambungan jalur kereta api disekitar Zwolle diputus. Otomatis setelahnya tidak ada kereta yang masuk dan yang keluar dari Zwolle untuk waktu yang tidak jelas berapa lama (secara saat itu belum jelas bagaimana & dimana kecelakaan itu terjadi - yang jelas ada kecelakaan). Penumpang dipersilahkan menunggu atau menggunakan alternatif angkutan lain. Maka jadilah kita berempat di station duduk2 dulu makan camilan sambil berharap keadaan akan kembali normal secepatnya. Sudah satu jam menunggu masih belum ada tanda2 kereta bisa diberangkatkan. Ih, gawat! Karena semakin lama semua jadwal keluar masuk kereta tertunda, semakin banyak penumpang bertumpuk di stasiun. Menggunakan bus bukan alternatif buat kita karena lebih makan waktu dan tentunya bisa cukup merepotkan dengan buggy milik Griffin.

Sekitar 15 menit kemudian ada pemberitaan bahwa kereta menuju Enschede sudah bisa diberangkatkan. Sepertinya jalur kesana berlawanan arah dengan tempat terjadinya kecelakaan sehingga kereta kesana bisa kembali di operasikan. Orang berbondong-bondong menuju kereta, termasuk kita berempat. Rayhan mengajak kita segera naik walau gue nggak ngerti ngapain kita harus ke Enschede? Bukannya mendekat malah menjauhi Amsterdam. Sambil menuju kereta rayhan menjelaskan bahwa kita nanti turun di Wierden untuk menyambung naik kereta lain dari situ.  Oke, jadilah kita menuju Wierden. 

Sampai di Wierden kita masih harus menunggu 30 menit untuk naik kereta ke Apeldoorn. Lagi2 kita duduk menunggu kereta di cafe kecil di Wierden sambil minum2 dan makan camilan, termasuk gue sempatkan untuk kembali menyusui Griffin.  Sekitar jam 01.35 kereta datang. Penumpangnya lumayan banyak, tapi untungnya kita dapat duduk walaupun cuma dikursi tambahan (kursi lipat di dinding kereta). Sampai di Apeldoorn lagi2 kita harus ganti kereta lagi dan menunggu sekitar 15 menitan. Untungnya hari ini mataharinya cerah ceria walaupun anginnya banyak dan agak ngeselin, cukup bikin gue menggigil.

15 menit menunggu akhirnya kereta yang akan membawa kita ke Amsterdam Central datang. Duh, itu kereta (kereta dari mana gue lupa) ... banyak bener manusianya! Itu belum ditambah orang2 disini yang juga mau naik kedalam kereta seperti kita. Selama tinggal disini gue belum pernah naik kereta api yang sesak seperti ini. Jadi agak2 ribet buat menjejalkan buggy Griffin ke dalam kereta. Dan sudah bisa diduga, nggak usah ngarep buat bisa duduk. It was packed, cuy! Panas, pula. Kasihan anak gue. Mendadak gue merasa seperti sedang berada didalam kereta api Jabotabek (tidak sepadat itu sih .. hahhaha). Bedanya orang2 disini lebih teratur. Biarpun orangnya banyak, mereka nggak berebut dan dorong2an buat keluar masuk kereta. Tapi kebayang dong ribetnya kita bolak balik naik turun kereta dengan mendorong-dorong Buggy nya baby Griffin masuk kedalam kereta. Mana dikereta yang ini dia pake acara nangis segala. My poor baby ... pasti dia haus, pegal, dan agak2 kepanasan juga.  

Singkatnya sekitar jam 4 sore kita baru sampai di rumah. Doh! Pegalnya ...
Jadi kesimpulannya seharian ini kita bener2 yang namanya kenyang jalan2 naek kereta api keliling dari satu kota ke kota.  Cukup sudah. Capek!

Wednesday, May 20, 2009

Perabotan Baru!


Sudah setahun lebih kita hidup minimalis alias kekurangan perabot *huehhehhee* akhirnya dua minggu yang lalu gue dan Rayhan balik lagi ke IKEA. Kali ini kita betul2 berniat mencari perabotan yang kita butuhkan (secara selama ini kita merasa fine2 aja dengan perabot yang ada). Ini akibat sudah terasa mulai susah buat mencari dan menyimpan barang2 kita.

So, jadilah pagi itu kita berangkat ke IKEA Amsterdam di Bullewijk (IKEA di Belanda ada tersebar di 12 kota). Gedungnya besar dan luas. Duh, gue betulan menggila setiap kali kemari. Perabotan produk mereka betul2 bikin gue bingung memilih- semuanya pengen! Tentu bukan cuma gue doang yang suka karena sepertinya banyak sekali orang yang menggemari produk IKEA *kecuali para penggemar perabotan antik tentunya* Produk dan barang2 mereka umumnya simpel, ringkas, dan 'bersih'. Walaupun ada juga perabotan mahalnya tapi yang pasti lebih banyak yang harganya relatif murah. Buat gue pribadi yang paling menggiurkan adalah pernak-perniknya seperti lampu2, wadah2, vas2 bunga, hiasan2, seprai2, dan lain sebagainya. Seandainya gue pergi kesini sendirian dengan bujet tidak terbatas, wah, sepertinya gue kuat keliling divisi yang ini seharian!

Karena tempatnya yang terlalu luas, produknya terlalu banyak, dan semuanya keren2, jadinya lumayan susah buat memutuskan untuk memilih barang yang gue mau. Sofa yang gue mau harganya lumayan muaahal! Akhirnya kita putuskan buat mencari yang lain yang lebih murah tapi bagus. Ibaratnya daripada harus membayar 800 perak untuk 1 buah sofa, lebih baik membayar 800 perak untuk beberapa perabot. Huuuh... susaaah... yang cukup murah dan yang mahal sama bagusnya :)



Tapi akhirnya cuma butuh waktu 2 jam gue berhasil menemukan perabot yang gue mau. Rak buku besar, Komputer desk berikut kursi kerjanya, Sofa & fauteil merah menyala berikut puff & mejanya. Secara kalo terlalu lama memilih malah bisa bikin gue makin bingung & makin ragu. Dan berhubung nggak mungkin kita bawa sendiri barangnya, semua perabot itu kita minta dikirimkan ke alamat kita (dengan jangka waktu kirim yang cukup lama & biaya kirim yang lumayan muahal!).

Hari ini, 2 minggu setelahnya, semua perabotan itu tiba! Pfff ... akhirnyaa...
Yang ngeselinnya (biarpun udah tau sebelumnya) semua perabot itu diantar dalam bentuk mentahnya. Yang artinya kita sendiri yang harus merakit semua perabot itu (knockdown- seperti jika kita membeli rak atau lemari di carrefour - Jakarta). Males kan? Lumayan banyak pula yang harus dirakit. Sebenarnya ada jasa merakitnya, tapi sudah tentu ongkosnya muahal! Jadilah sesiangan itu Rayhan sibuk merakit semua perabotan itu. Dan mungkin itu salah satu sebabnya mengapa harga furniture di IKEA relatif murah.

Wednesday, May 06, 2009

Film Indonesia Makin Serem!


Gue ini penggila film. Sedihnya disini nonton bioskop paling2 cuma bisa sebulan sekali. Maklumlah buat ukuran kantong gue HTM bioskop di Belanda lumayan mahal, minimum 8 euro x 3 kepala (gue, suami, & anak). Lagipula pada dasarnya gue kurang suka nonton di bioskop. Gue lebih menikmati nonton film dirumah (dvd). Bisa leyeh2 sambil tiduran, kalo kebetulan ada telephone masuk atau kita mau pipis bisa di pause dulu, kalo nggak jelas adegannya bisa di forward & backward. Prachtig!

Senangnya hidup di Jakarta, film2 gampang dicari. Khususnya film2 bajakan. Gue nggak bangga terbukti bahwa di Jakarta gue hobi mengkoleksi film2 bajakan. Umumnya film2 baru (dvd nya)baru beredar 6 bulan setelah film itu release. Nah, untuk film2 bajakan selain murah banyak juga yang kualitasnya lumayan bagus. Satu hal yang paling gue suka dari film2 bajakan karena mereka umumnya update! Banyak film2 bajakan yang sudah beredar dipasaran sebelum film2 itu sendiri beredar di bioskop. Disini boro2 film bajakan, film2 yang dijual di toko2 kayaknya basi2, ya? Mayoritas gue udah nonton semua, selebihnya film2 keluaran Eropa yang gue sendiri kurang tertarik. Oh iya, gue juga bukan penggemar film2 Indonesia. Bukan gue belagu, gue tahu ada beberapa film Indonesia yang memang bagus (katanya), tapi gue memang nggak suka aja nonton film Indonesia. Gue bahkan tertinggal serial favorite gue : HEROES. Terakhir gue sampai di season 3 episode 6. Di official websitenya pun gue gak bisa nonton. Pasrah deh ....

Jadi kesimpulannya : Gue disini meranaaaaa sekali! :(

Entah kenapa ya tadi gue kepikiran minta tolong adik gue ngirimin film2 terbaru, beberapa keping sajalah, by post. Tapi gue urungkan saja pikiran itu secara gue punya pengalaman buruk dengan kantor pos di Indonesia. Namun karena sudah terlanjur buka website 21 Cineplex akhirnya gue browsing2 saja for fun *sambil agak2 sedikit ngecess karena banyak film2 baru yang pastinya bajakannya sudah beredar*.

Tapi belakangan ini, after browsing website 21 cineplex, gue malah terkesima sendiri dengan judul2 film2 Indonesia yang beredar. Gila! Kayaknya orang Indonesia makin suka nonton film serem ya? Judul2 aja bikin merinding : Darah Janda Kolong Wewe, Susuk Pocong, Pocong Kamar Sebelah, ... Atau judul2 aneh yang sengaja cari perhatian seperti : Janda Kembang, Benci Disko, ... Tapi mutu filmnya? Ah males deh ngebahasnya.

Tuesday, May 05, 2009

Makan, Masak, dan Jajanan


Gue malas banget sama yang namanya masak. Bukannya gue ga bisa masak, gue hanya kurang suka (tapi kalo makannya- gue sukaaa). Referensi masakan yang gue kuasai cuma sedikit dan gue juga banyak nggak tauk nama macam2 masakan, ya karena itu tadi- gue biasanya cuma tinggal makan. Tapi jangan salah, biarpun begitu sekalinya gue masak umumnya pasti rasanya enak! Ini beneeeeerr.... hhehhehhe.... secara gue suka makanan enak, saat memasak lidah gue jadi bisa merasakan pas atau tidaknya rasa masakan yang sedang gue masak. Buktinya suami dan anak gue gak pernah komplen kok, hhhehee. Gue masakin apapun ga pernah nolak. Tapi yang jelas memasak itu bukan kegiatan favorit yang mudah gue lakukan sehari-hari. Memasak itu buat gue ribet!

Saat masih di Jakarta sepertinya asik2 aja. Gue nggak pernah merasa perlu masak buat bikin perut kenyang. Umumnya gue masak 'beneran' cuma kalo lagi dateng 'mood' nya aja (tapi kalo cuma bikin mie instan sama telor ceplok doang sih sering bangeeet). Gue pun nggak punya kebiasaan sarapan, jadi makan siang atau makan malam biasanya jajan aja. Secara makanan di Jakarta juga banyak pilihannya kan? Tergantung budget dan niatnya aja. Bisa ke Pizza Hut, Tomodachi, McD, Resto Padang, dsb. Kalo duit pas2an bisa ke warteg ato kalo males keluar rumah bisa nunggu tukang yang lewat. Gampang deh, bisa diatur.
Urusan jajan disini beda secara hampir segala hal disini itu mahal. Yang gue maksud jajan disini adalah makan di restauran ya. Ini bukan masalah perbandingan nilai tukar mata uang euro dengan rupiah. Ibaratnya disini makan di restoran yang paling biasa- bahkan di restoran Indonesia nya sekalipun - sama dengan makan di restoran Sari Ratu yang buat ukuran di Jakarta lumayan mahal. Nggak bisa tiap hari deh. Gue sih terus terang aja kalo di Jakarta harus makan ke Sari Ratu tiap hari juga ga kuat kantongnya. Nggak worthed, ketauan mendingan masak sendiri. Nah, kalo ke warteg dua kali sehari setiap hari (skip breakfast ya, ... gue sekeluarga ga biasa sarapan) gue masih mampu banget. Tapi kan ga mungkin juga tiap2 makan ke warteg terus? Bosen! Tapi toh masih ada option lain. Masakan tenda di Jakarta juga banyak atau abang2 yang jualan keliling. Praktis betul ya hidup di Jakarta ...
*doooohh... kangen banget nih sama abang mie ayam, bubur & batagor!*

Kita orang Indonesia terbiasa 'makan besar' sehari 3 kali sementara orang2 disini hanya 'makan besar' saat makan malam. Duh, untuk urusan makan ini gue tetap terbiasa dengan makan siang dan makan malam pake nasi. Sandwich atau patat doang mah kuraaang, nggak nendang! McDonald disini sebenarnya juga ga mahal2 amat, tapi masa iya mo makan burger & ayam goreng terus tiap hari? Lama2 gue bisa berkokok dong. Mereka pun nggak jual nasi. Nggak asik kan? Sebetulnya bukan cuma karena alasan mahalnya saja tapi hawa disini kadang bikin gue keluar rumah rasanya maleeeess, banget! *ngarep ada tukang makanan keliling*

Dan dengan segala kenyataan itu, gue suka atau gak suka, ternyata akhirnya membuat si pemalas ini mulai bergiat-giat di dapur. Resep2 gampang gue cari di internet. Dulu awal2nya masalah bumbu2 disini cukup ngejelimet juga. Secara nama beberapa bumbu & bentuk rupanya dalam bahasa Indonesia pun kadang gue gak tau. Kalaupun gue tau kadang gue gak tau bahasa Inggrisnya apaan (dalam bayangan gue biasanya dimana-mana apapun lebih mudah dicari kalo tau bahasa inggrisnya, bahasa universal). Ternyata referensi perbumbuan gue dalam bahasa inggris lebih bodo lagi! *Payah* Kalau bawang2an dan sayuran itu hal mudah, ga perlu tau namanya yang penting kan gue tau bentuknya. Jadinya gue eksplore aja sendiri ke toko asia, jam2an memandangi bumbu2 di etalase. Wuuiiih .... gak taunya banyak juga nama bumbu2 yang gak berubah namanya. Seperti kemiri, koenyit (ditulis dengan ejaan lama), dan laos. Ketumbar namanya hampir serupa dengan dalam bahasa inggrisnya, koriander. Selebihnya cukup banyak bumbu yang namanya sama dengan dalam bahasa inggrisnya. Lalu ada satu bumbu lagi dalam bentuk bubuk yang namanya nootmuskaat. Apaan ini ya? Dan sesampainya dirumah dari baunya gue tau kalau ini ternyata bubuk pala. Hahahhaa, bahasa inggrisnya bubuk pala apa ya?