Setelah cukup lama lihat sana lihat sini tengok sana tengok sini, akhirnya gue sampai diseksi sepatu wanita. Diskon dimana-mana, bo! Untungnya gue tidak terlalu tertarik karena gue ini kan memang kurang konsumtif dalam urusan belanja barang2 perempuan. Namun saat gue berada di counter sepatu agak disudut gedung yang sepi dari pengunjung, gue melihat sepatu itu tertata diatas display. Town Shoe. Sepatu sandal coklat dengan tumit tinggi. Duh! Ini dia, jenis sepatu kesukaan gue yang susah sekali dicarinya. Bisa dimaklumi, karena sepatu ini bukan jenis sepatu model terbaru yang trendy dan up to date- bukan jenis sepatu yang digemari kalangan yang modis & fashionable- malah mungkin seharusnya sudah tidak dijual lagi, karena umumnya model sepatu2 sandal yang dijual sekarang ini bertumit flat, which I have 2 pairs already.
Coba punya coba ternyata sepatu itu pas banget dikaki gue. Dipakainya juga terasa enak, empuk, & nyaman. Buru2 gue tengok berapa harganya. Gue mendadak melongo, lalu mendekati seorang pramuniaga didekat situ.
"Ini benar harganya mbak?" Tanya gue.
Pramuniaga itu membaca label harga sepatu itu, " Iya, itu harga spesial, dua puluh ribu" Jawabnya. Alamak! Ternyata gue memang nggak salah baca : Dua Puluh Ribu Rupiah! Rp. 20.000,- !!! Hu? Hari gene di Pasaraya Grande jual sepatu seharga dua puluh ribu perak??? *Mencurigakan* Di kakilima pun mesti ngotot tawar menawarnya dulu. Kalaupun di kakilima ada yg menjual dengan harga yang sama atau bahkan dengan harga lebih rendah, kualitas buatannya sudah jelas kasar. Tapi sepatu ditangan gue ini buatannya halus, rapi dan empuk dipakainya.
Dua puluh menit berpikir- setelah gue sempat meninggalkan counter itu- gue pun balik lagi kesitu. Gue ambil yang warna coklat & hitam. Dua pasang sekaligus! Total harga keduanya bahkan tidak sampai lima puluh ribu perak!
Hari ini gue pun ke kantor mengenakan sepatu baru gue yang warnanya coklat. Saat siangnya di kantor tiba2 sepatu yang kiri mulai mengeluarkan bunyi tiap kali gue berjalan, namun gue tidak terlalu menggubrisnya karena menurut gue sepatu baru atau lama kadang memang suka mengeluarkan sedikit bunyi yang nantinya akan hilang dengan sendirinya. Namun beberapa lama setelah itu saat gue duduk dan mengamati sepatu kiri gue itu. Damn! Dari samping barulah terlihat hak sepatu itu terlepas dari alasnya! Hanya ujung2nya saja yang masih menempel. Sialan!
"Lin! Tolong belikan Aica Aibon yang kecil ya, cepet!" Teriak gue sambil menyerahkan selembar sepuluh ribuan ke Lina si office girl dikantor. Namun setelah gue melekatkannya dengan aica aibon seharga 7000 perak, sepatu itu malah terlihat jelek, kacau, dan kekuatannya diragukan. Aargh!! Goblok banget sih gue? Kenapa tadi gak kepikiran langsung ke tukang sol sepatu sih??
"Lin, tolong bawa aja nih ke tukang sol sepatu dipasar. Minta dijait ya!"
Setengah jam kemudian Lina kembali membawa sepatu itu yang sekarang sudah terjahit rapi dan kuat dipakainya karena alasnya dijahit langsung disepatu. Gue puaaass, banget!
"Dua belas ribu mbak, sama ongkos kepasarnya" Kata Lina.
Hhhh! Begitulah akhir cerita sepatu dua puluh ribu perak gue. Singkat cerita : Jangan berharap banyak dari barang murah. Buntut2nya, dengan beli Aica Aibon dan servis di tukang sol sepatu, akhirnya total harga sepatu itu jadi dua kali lipatnya : tiga puluh sembilan ribu perak!
Iya, Jadi Rp. 39.000,- juga akhirnya :)