Friday, July 12, 2013

Teman Jadi-jadian


Ada gitu ya?

Tentu saja ada! Mungkin sebenarnya pada hal yang akan saya ceritakan ini penggunaan istilah 'teman' ini kurang tepat. Namun karena pada awalnya saya menganggap mereka demikian dan kenyataan selanjutnya tidak demikian, yah, sebenarnya mungkin akan lebih tepat jika saya gunakan istilah 'kenalan'. Aman.  Umumnya mereka ini bukan teman dekat-dekat amat siiih ... Jadi ada masa-masa 'menghilang'nya. Nanti suatu saat mereka nongol lagi. Biasanya saat mereka butuh sesuatu, butuh bantuan, pastinya mendadak mereka beredar kembali disekitar saya.   

Si A teman lama saya. Saat lulus sekolah dia pindah kota, jadi wajar udah gak pernah ketemu bertahun-tahun hingga dia balik lagi ke Jakarta. Entah dari mana dia dapat alamat saya, tiba-tiba suatu hari dia nongol di rumah saya. Lalu sejak itu seringlah dia main ke tempat saya. Kadang rutin, kadang juga kadang-kadang. Suatu ketika dia butuh duit dan meminjamnya ke saya. Karena jumlah yang ia butuhkan besar saya tidak lantas memberikan semua jumlah yang dia butuhkan. Maka saya pinjamkan jumlah yang secukupnya karena saya pun punya banyak kebutuhan dan gak mungkin kasih pinjam semua uang saya. Pada bulan-bulan itu ia masih sering datang berkunjung hingga akhirnya perlahan tapi pasti ia menghilang. Gak pernah datang lagi, gak pernah telpon saya lagi, dan sama sekali gak bisa dihubungi. Buron!
Ya sudah lah kalo memang dia gak mau saya temukan. Untuk apa saya harus kejar-kejar dia? Ada beruntungnya saya hanya meminjamkannya jumlah yang pantas. Memang jumlahnya tidak sedikit, tapi itu sejumlah uang yang memang saya relakan jika tidak bisa ia kembalikan. Dan ternyata orangnya malah hilang! Mungkin kalo ia berniat mengembalikan saya percaya dia bisa mengembalikannya, tapi saya kira dia memang tidak mau repot-repot mengembalikan uang saya. Mungkin nasib saya sedang jelek. Gpp, yang penting niat saya waktu itu memang mau nolong dia. So, biarlah kita masing-masing yang mendapatkan ganjaran sesuai perbuatan kita. Saya mungkin kesal tapi gak dendam

Si B teman kursus saya pada jaman saya masih menetap di kampung halaman, Jakarta. Berhubung saya pindah ke Belanda hubungan kita jadi jarang. Paling-paling cuma lewat FB dan YM!. *Oh iya, YM! pada masa itu sungguh masih sangat populer digunakan* Suatu saat dia kontak saya lagi via YM! lalu dia cerita jika dia mau menikah dengan WN Belanda. Sejak itu hampir setiap hari kita mulai chat lagi via YM!. Dia juga banyak tanya-tanya saya mengenai prosedur menikah, prosedur ujian yang harus diikuti, prosedur pindah kemari, beserta pertanyaan mengenai berkas-berkas yang harus dia persiapkan. Sebagai salah satu orang yang sudah melewati dan lulus semua proses itu, saya dengan senang hati kasih dia macam-macam info. Berbulan-bulan kita chat mengenai semua prosedur dan berkas-berkas ini.  Trus suatu ketika dia berhenti online dengan YM!. Saya gak pernah melihatnya ON lagi di YM!.  Udah tuh, buat saya gak masalah dan menurut saya pun gak aneh kalo orang gak online, mungkin dia sibuk, dan dia sudah pasti sedang mengurus berbagai macam persiapan. Hingga berbulan-bulan kemudian ketika di FB saya liat photo-photonya saat menikah dan juga photonya di Belanda yang menyatakan dia sudah pindah kemari (tapi beda kota dengan saya).  Wajar dong ya kalo saya kasih komen congratulations ke dia. Satu hari- dua hari- tiga hari- saya gak dapat respons apa-apa dari dia, jadi saya coba check lah ke temboknya di FB.
Dan saat itu saya baru ngeh ada tulisan 'Add Friend'  di halaman dia punya FB. Ngerti kan? Yang artinya saya dan dia belum temenan. *Loh? Kayaknya beberapa hari lalu kita masih temenan?*. Suwer saya gak unfriend dia!  Tapi yang saya pahami sekarang, dia sudah berhasil meraih 'cita-cita'nya dan mungkin karenanya merasa gak perlu lagi berteman dengan saya. Titik.

Yang namanya si C itu teman saya jaman terakhir masih kerja di Jakarta. Punya pacar WN Belanda juga. Pernah suatu ketika si C liburan dari Jkt kemari buat ketemu pacarnya, dan tentunya saya dan dia janjian juga buat ketemuan di kota saya tinggal, bahkan ia mampir berkunjung ke rumah saya. Waktu itu rumah saya masih ditengah pusat kota Amsterdam yang merupakan tempat yang wajib buat dikunjungi turis-turis, jadinya gampang sekali buat ketemuan dengan teman-teman yang datang ke Amsterdam.
Nah, setelah kembali ke Jakarta si C dan saya masih sering kontak via YM! ataupun email. Masalah si C sama dengan masalah si B, dan tentunya tanpa ada prasangka apa pun saya bantu dengan informasi semampu saya. Hingga akhirnya ia menikah dan pindah ke Belanda. Tentunya saya senang karena tandanya bakal nambah teman disini walaupun kita tinggal beda kota. 
Suatu hari saya (lagi-lagi) melihat di FB photo-photo si C dan teman-temannya saat mereka berada disebuah toko yang jaraknya cuma berselang dua rumah dari saya! Maknyooss rasanya hati ini. Ih, dia kok diam-diam aja ya? Harusnya si C bisa mampir ke rumah saya secara cuma jarak tujuh meter dari situ. Setidaknya dia bisa ngabarin kalo mau ke kota saya secara saya tujuan dia dan temannya gak jauh-jauh dari tempat saya tinggal. Nggak perlu lah ngajak saya secara saya juga belum tentu bisa, belum tentu di rumah, dan belum tentu juga mau ketemu teman-temannya yang belum saya kenal. Beberapa bulan kemudian saya lihat lagi photo-photonya disekitar DamSquare yang, haduh, cuma butuh enam menit buat saya jalan dari rumah kesitu. Lagi-lagi si C diam-diam saja. Padahal ekspetasi saya cuma satu : telpon kek, ngabarin kek gitu-- dan itu pun gak perlu setiap kali dia main ke kota saya.
Saya jadi ingat si B! Saya pikir si C ini beda, ternyata sama aja sama si B yang ternyata perlu saya cuma kalo lagi butuh bantuan. Karena photo-photo itu saya mulai agak keki akhirnya saya dengan cueknya nyapa dia duluan via YM! Agak sinis memang ucapan saya : "Gitu yaaa, temennya udah banyak nih di Belanda sampai-sampai sering main ke Amsterdam tapi gak pernah ngabarin nih, apalagi mampir .. " (lengkap dengan emoticon smile segala). Trus dia balesnya begini, "Ih gue dari belum tinggal disini udah banyak kok temen gue disini Ann.. ". Gitu.  Gue gak bales. Dia pun gak berusaha kasih penjelasan apa-apa lagi. Udah, dua baris gitu doang chat-nya. 
Saya jadi gak habis pikir, kemarin-kemarin itu kalo temannya banyak kenapa pilih kontak saya buat cari info ini dan itu ya? Okelah, mungkin dia juga tanya-tanya temennya yang lainnya. Tapi selama itu kalo tetap chat dan emailan sama saya juga itu kan namanya cuma buang-buang waktu dia aja kan? Khususnya buang-buang waktu saya! Sejak itu saya EGP lah .. Sebelumnya saya menganggap mereka semua teman, tapi ternyata mereka tidak menganggap saya teman. Ya sudah! Setidaknya saya jadi tau seperti apa karakter asli mereka. Sampai detik ini kita masih sama-sama ada di kontak friend FB. Tapi ya gitu deh, saya unfollow. Gak kepengen juga liat status dan photo-photo dia.

Semua orang memang punya karakter berbeda. Saya orangnya asik-asik aja, gak pilih-pilih dalam bergaul selama mereka mau bergaul dengan saya yang blak-blakan ini. Saya berusaha menjaga perasaan orang lain, kenal atau pun gak kenal, selama orang itu bukan orang jahat. Saya nggak pernah maksa orang yang memang gak mau berteman dengan saya. Tapi saya bukan orang yang munafik seperti mereka. Kalau saya pada dasarnya gak menyukai seseorang, saya gak akan pernah minta bantuan mereka dalam bentuk apapun. Jadi terus terang saya ENEQ banget terutama dengan jenis dua mahluk terakhir yang saya ceritakan diatas.  si B dan si C.

Itu yang saya maksud dengan teman jadi-jadian.

Insyaallaah bantuan saya kemaren itu jadi berkah pahala buat saya ...  *Amiin*




No comments: