Wednesday, February 16, 2005
Celana Hipster
Sebagai orang yang berpakaian demi kenyamanan, gue gak peduli soal baju yang gue pake lagi mode apa enggak. Dari dulu gue nggak terlalu mikirin gaya selama baju yang gue pake bersih- nyaman- asal nggak kuno, dan sebisa mungkin modelnya nggak 'aneh beibeh'. Biarpun gue nggak modis, gue nggak anti mode. Gue suka kok memandang dan mengamati orang2 yang modis. Gue juga tauk model gimana yang sedang in, tapi gue nggak pernah ngotot buat jumpalitan nyari2 model yg sedang in itu. Aduh, repot. Gak penting gitu loh.
Beberapa tahun belakangan ini jelas2 keliatan banyak perempuan2 muda berbagai kalangan sliweran dimana-mana pake model hipster. Model bawahan (rok atau celana) yang jatuhnya dipinggul, yang banyak dianggap 'gaya'. Gue sendiri punya. Soalnya dipakenya terasa nyaman, karena kalo dibuat duduk nggak nyekék perut, hueehhehee..... *Jadi bukan sok pengen gaya*. Pasalnya, yang kadang suka bikin geli, banyak perempuan2 yang sok ingin tampil gaya dan trendy pake hipster tanpa menyadari kekurangan diri. Contohnya, maaf2 aja ya, ada yang pake celana hipster dengan atasan ngatung yang tiap kali dia ngangkat tangannya, wuuiiih, terlihatlah 'tas pinggangnya' yang berlapis-lapis. Tapi gue salut, it's their body anyway, tandanya dia punya percaya diri yang besaaaar. Hihihiii. Karena menurut gue, pantes- nggak pantes itu relatif, tapi memang fisik seharusnya nggak boleh menghalangi seseorang buat tampil gaya selama dia ngerti aturan mainnya dan selama dia nggak ngerusak pemandangan aja. Karena gue benciiiiii, benci- sebencinya liat perempuan ber-hipster ria yang pake celana dalemnya model maxi. Yang tanpa harus menunggu dia duduk, celana dalamnya udah lebih dulu ngintip dibalik jeans-nya. Kampungan betul. Biasanya malah gue yang suka jadi nggak enak sama orang2 yang ada disitu. Padahal dia belum duduk loh, apalagi kalo dia pake nungging? Mbok ya! Kalo dia itu penganut aliran celana dalem model midi dan maxi (ada loh, yang bener2 fanatik sukanya pake celana dalem full nutupin puser, sumpe), ya nggak usahlah sok pake hipster segala. Forget it. Soalnya liat celana dalem balapan sama jeans yang dia pake, bener2 bukan pemandangan yang indah!
Yang serunya, pernah ada perempuan dibonceng dimotor dan kebetulan mobil gue dibelakangnya. Kali ini nggak ada cerita celana dalem dia balapan sama jeans-nya. Tapi perempuan itu bener2 bikin gue melongo (termasuk cowok2 lain yang mungkin juga liat dia). Why? Karena gue yakin dia malah nggak pake apa2 sama sekali dibalik celana jeans-nya, mengingat gue sampe jelas2 melihat belahan pantatnya! *gubrak!* Asoy nggak tuh? Berani malu. Pasti dia salah satu korban Japanese style (spt gambar2 mode cewek2 Jepang yg gue dapet dari forward2 email), yang mungkin sedang mempelopori generasi lanjutannya Hipster : Buttster! (ada nggak ya?)
Monday, February 14, 2005
fOr thOse whO celebrate it
Wishing you all have a great day with your love ones today!
and for you honey, I dont need to wait for a Valentine's day to love you
Because you're everything to me...
Because I love you both with all my heart...
And because I always love you both everyday!
Thursday, February 10, 2005
Komentar Hari Ini
Beberapa hari lalu baca artikel di koran "Lokasi Bencana Tsunami Aceh Akan Dijadikan Lokasi Wisata" Hueeeh! Gue gregetan. Yang bener aja? (Yah, sebenernya gue nggak terlalu takjub sih) Sepertinya orang Indonesia memang paling jago dalam hal mengkomersialisasikan segala sesuatunya, even musibah sekalipun. Iya kan? Yang jelas gue nggak setuju. Masak iya lokasi bekas musibah dijadiin tempat wisata? Nggak etis rasanya. Ngapain sih musibah perlu dijadikan kenangan segala? Gue yakin, korban2 yang selamat dari musibah itu malah sedang berusaha buat nggak mengingat kejadian itu. Gimana sih pemerintah? Males beberes, apa mo ngirit dana rekonstruksi?
Yang lucu soal kapal tanker seberat 3600 ton milik PGN (hhm, kalo nggak salah inget) yang pada saat bencana terjadi kapal nyangsang sampai ketengah kota. Berhubung kapal masih berfungsi, oleh pihak pemilik hendak difungsikan lagi, tapi denger2 pemerintah malah ingin membuat kapal tesebut jadi museum. Hehhehhee... Gak penting banget, deh! *Ini gossip, serius, apa lucu2an sih?*
Selanjutnya gue baca gossip mengenai seleb yang janda muda, yang biasanya berjibab, yang katanya sekarang melepas jilbabnya. Kabarnya dia sekarang mengecat rambutnya jadi warna merah tua ber-highlight, mengenakan jeans ketat, dengan penampilan yang jauuuuh banget dari penampilan muslimnya yang dulu. (Makanya kalo pake jilbab jangan sekedar ikut2an trend/temen doang) Komentar seleb itu, "Gue sedang dalam titik jenuh gue." Hihihii,... pinter banget deh excuse'nya. *Yaolloooh nih orang. Pembaca kan nggak bego?* Bilang aja situ mo ngeceng lagi, mo cari suami suami baru gitu loh, mbaaak....
Oups! Kejamnya diriku *dzziigh!* Sorry
Wednesday, February 02, 2005
Cantengan
Yang gue tauk, cantengan itu dari bahasa Jawa buat bengkak bernanah diujung kuku jari. Salah satu kebiasaan jelek gue, ngeletekin kuku. Entah itu kuku jari tangan atau kuku jari kaki. Sepanjang yang gue inget, gue nggak pernah pake pemotong kuku kecuali buat mencungkil kuku yang sedikit susah gue tarik. Ini bukan hal baru dan sejauh ini gue sehat2 aja hingga kemarin. Ujung jari tengah kaki kanan gue bengkak. Semalaman gue gak bisa tidur. Sakitnya top banget! Jantung gue seolah pindah keujung jari gue yang bengkak. Sedikit demi sedikit sakitnya naik hingga ke kaki. Gue meriang. Tidur dengan berbagai posisi pun tidak mengurangi sakit. Semua keringat dingin gue keluar. Tiba2 gue ketakutan kena tetanus. Entah jam berapa akhirnya gue berhasil tidur.
Pagi ini gue bangun, rasa sakit, panas, dan kaku dikaki gue hilang. Namun bengkak dikaki masih terasa sakit dan merah. Gue ke kantor pake sendal cantik- bukan sepatu.
Siangnya dikantor, jalan gue udah mulai sedikit pincang. Semua orang tauk gue cantengan dikaki. Jari gue mulai panas dan berdenyut lagi. So, gue berniat buat ke dokter sepulang kerja nanti buat minta disuntik anti tetanus. Tapi si Robert bilang, "Mana mungkin dokter cuma nyuntik doang? Pasti nanti bengkak loe juga dia pecahin buat dikeluarin dan dibersihin nanahnya. Trus nanti baru dikasih anti biaotik sama obat dari dalem." Gitu katanya. Haiyaaah, pake nakutin segala. Dipecahin? No way, man. Disentuhpun gue bisa kalap apalagi dipecahin? Gak usah ke dokter ah, serem! Akhirnya gue minta si Lina beliin antibiotik di apotik. Lina pun kasih saran buat beli Garamycin sekalian. Oke. Kalo udah merana begini, saran serius dari siapapun termasuk office girl gue terima.
Sorenya gue udah bener2 pincang. Pulangnya gue pake sendal jepit simpanan gue buat dikantor. Gue pulang kerumah nyokab. Selain karena Nina disana, juga buat antisipasi karena gue nggak maok lagi harus merasa kesakitan sendirian tanpa Raymond dirumah.
Dan benar juga, baru setengah jam gue dirumah nyokab sakitnya kumat lagi. Rasanya luar biasa top! Lebih sakit dari yang semalam. Suhu badan gue terutama dikaki hingga paha mulai naik. Berdenyut-denyut. Duduk nggak bisa, rebah nggak bisa. Gue sampai harus menangis meraung- raung bercucuran air mata tanpa suara karena nggak sanggup menahan sakit. Kuku jari gue bengkak sebengkak-bengkaknya, kaku, dan amat sangat merah.
"Mami, I've never seen you crying like this before" Komentar Nina. Right! Gue sendiri pun belum pernah merasa sesakit ini diseluruh badan gue. Sumpe! Yang bermasalah diujung jari kaki, tapi sakitnya merambah keseluruh badan. Sepertinya saat2 menjelang melahirkan pun nggak gini2 amat.
Nyokab bawain gue air panas campur garam buat merendam kaki gue. Adik gue dateng dari apotik bawa Rivanol dan ponstan. Ternyata air panasnya manjur banget! Setengah jam gue merendam kaki gue disitu, sedikit demi sedikit rasa sakitnya berkurang. Setelah itu jari gue kompres pake Rivanol. Enak. Selain panas dan sakitnya hilang (kecuali dijari itu sendiri) juga melemaskan kekakuan dari telapak kaki hingga paha. Gue mulai bisa jalan dengan normal lagi, dan gue mulai bisa cengengesan lagi.
Nggak keren banget! Hari gini masih cantengan
Subscribe to:
Posts (Atom)