Tuesday, December 21, 2004

*Mengeluh (lagi)*


Yang namanya anak2 bikin ulah memang sudah biasa. Tapi kalo anaknya anak kita sendiri dan kita yang harus mengalaminya setiap saat, sumpe, bisa bikin sakit kepala banget! Lagi2 contohnya Nina. Ulah2nya yang sepele tapi selalu terjadi berulang kali kadang2 bisa bikin gue naek darah. Mauk marah nggak bisa, nggak dimarahi kita yang susah, diberi pengertian pun masuk kuping kanan keluar kuping kiri doang. Hiiiiihh!!!

Tauk setip kan? Penghapus pinsil. Coba bayangin, masak gue harus beli setip pinsil setiap hari sih? Ini cuma hyperbolic, tapi memang setidaknya setiap 2 - 3 hari setip-nya selalu hilang entah dimana. Gak cuma itu, pinsil2nya hampir selalu ada yang patah2 (gak ngerti juga gimana cara dia make pinsil sampai bisa patah2 begitu), sering berkurang jumlahnya (kadang cuma tinggal satu), bahkan beberapa kali gue menemukan pinsil yang gue-nggak-ngerasa-beliin ditempat pinsilnya. Gue percaya ini nggak ada urusannya sama klepto, tapi memang anaknya saja yang suka asal comot pinsil temannya jika pinsilnya sendiri hilang- lalu lupa mengembalikannya lagi. Terus kenapa masalah pinsil dan setip ini jadi pasal? Karena tiap2 mau mengerjakan pe-er atau latihannya dirumah (gue ulangi : setiap kali), dia selalu kelabakan- dan membuat orang2 dirumah ikutan sibuk mencari entah setip-nya atau pinsilnya. Rese kan? Lagi2 siapa yang harus dengan bosannya mencarikannya pinsil dan setip baru? = Gue. Jadi itu sebabnya gue merasa perlu over stock alat2 tulis dirumah.

Begitupun dengan buku2nya. Baru mulai sekolah bulan Juli lalu tapi semua buku2nya sudah pada lecek minta ampun. Mau gue beliin buku yang baru pun tanggung- karena semester kedua tinggal sebentar lagi. Semua bukunya memang gue sampul plastik, tapi itu nggak banyak pengaruhnya. Ada beberapa buku cetaknya yang lembaran2nya lepas dari jildnya *Believe me, itu bukan karena dia rajin membaca bukunya*. Jadi selain bertugas menyediakan pinsil dan setip hampir setiap hari, gue juga harus rajin mengurut halaman per halaman buku2nya yang lepas. Kind of side job, huh? Pernah gue tanya kenapa bisa sampe hancur begitu buku2nya? Jawabnya : masuk selokan. Kenapa juga buku bisa sampe masuk selokan, Nina? Aarrgghh! Selokan itu kan adanya diluar kelas/rumah. Trus bagaimana dengan buku2nya yang lain? Dia cuma angkat bahu. Bzziighh!! Wali kelasnya sendiri pun pernah mengeluhkan masalah buku2nya yang jelek dan bercerai-berai itu. Nina! Anak perempuan tapi kok nggak rapihan ya?

Ada satu lagi, masalah topi sekolah. Belum genap satu semester gue sudah 3 kali beliin dia topi baru. Yang hebat, dasi belum pernah hilang satu kalipun! Gue gak mau dia disetrap gurunya karena nggak pake topi disaat upacara bendera. Terakhir kalinya gue beliin dia topi sekitar 2 minggu yang lalu, dan yang ternyata 3 hari kemudian topinya yang lama tiba2 saja ditemukan lagi didalam mobil- nggak jelas juga disebelah mananya mobil karena selama 3 hari itu kita nggak pernah melihat ada topi keleleran didalam mobil.
Dan ini semua bukan masalah pemborosan uang-nya. Tapi ini soal kecerobohan dan ketidak disiplinan si Nina itu loh. She is so careless! Kita sampe udah pada bosen blablabla kasih pengertian ke anaknya agar lebih bertanggung jawab dengan barang2nya sendiri, tapi hal2 remeh-temeh seperti ini dijamin terulang lagi dan lagi.

Oke, ini hari ke-2 Nina ulangan umum (5 hari) semester pertama. Sumpe, gue yang depressed! Padahal anaknya nyantai2 aja- siap nggak siap, bisa nggak bisa. Gue selalu ketakutan dia asal mengerjakan soalnya, terburu-buru, atau tidak teliti. Tapi yang paling gue takuti kalo dia sampai keluar kelas sebelum waktunya selesai cuma karena dia merasa nggak bisa mengerjakan soalnya dan merasa nggak penting buat berlama2 memikirkan soal yang dia nggak bisa. Parno nggak sih? Susahnya gue nggak bisa mengawasi dia di sekolah. Padahal punya anak seperti Nina memang idealnya gue jadi fulltime mother- kalo perlu seharian ikutan nongkrong diluar kelasnya mengamatinya belajar.

**Ini kenapa jadi ngomongin anak melulu?

No comments: